George Gerbner
A. Biography George Gerbner
Dr. Gerbner dilahirkan Hungary, kemudian pindah ke Amerika Serikat tahun 1939, menerima B.A nya. dari Universitas California dan nya M.S. dan Ph.D. dari Universitas California Selatan.
George Gerbner adalah Profesor Dan Dekan Annenberg School for Communication, Universitas Pennsylvania dari 1964 sampai 1989. Ia kemudian menjadi suatu peneliti dan guru yang mandiri, dan dia mengunjungi Tokoh-tokoh dan Profesor di banyak negara. diantara yang dia kunjungi adalah: dosen di Universitas Athens, Yunani; Profesor Universitas Amerika ,Washington, D.C., ;Profesor Universitas Budapest, Hungary; Profesor Universitas Salesian Italia; dll.
Sebelum bergabung di Universitas Pennsylvania, ia mengajar dan menjadi ahli di berbagi universitas diantaranya adalah : di Institut Riset Komunikasi, Universitas Illinois; Universitas California Selatan; El Camino Perguruan tinggi, Torrance, Cal.; dan Yohanes Muir Perguruan tinggi, Pasadena, Cal. Nya U.S. Gerbner juga bergabung untuk melakukan riset-riset dan juga bergabung dengan badan-badan atau komisi-kominsi diantaranya adalah riset internasional yang didukung oleh lembaga Ilmu pengetahuan nasional, Institut Kesehatan Mental nasional, Riset internasional dan Pertukaran (IREX), Komisi pengawas Presiden atas Penyebab Dan Pencegahan terhadap kekerasan, Ahli badan penasehat Umum Ilmiah atas Televisi dan Perilaku Sosial, Serikat sekerja Para aktor Layar. Komisi pengawas Hak Sipil, lembaga Robert Kayu Johnson , dan organisasi lainnya.
Selain disebutkan seperti diatas George Gerbner juga aktif sebagai editor eksekutif Jurnal Komunikasi yang triwulanan dan editorial dewan Encyclopedia Komunikasi internasional
B. Jurnal, Buku, Serta Analisis dari George Gerbner
Sampai sekarang sudah bayak sekali jurnal dan buku yang sudah dibuat oleh Gerbner, judul jurnal dan buku dari Gerbner yang terkenal diantaranya adalah :
Mass Media Policies in Changing Cultures.
A Cross-Cultural Study.
Letter to the Communication Initiative.
Violence Profile No. 11.
Culture Wars and the Liberating Alternative.
What Conglomerate Media Control Means for America and the World
The Global Media Debate
Violence and Terror in the Media
International Encyclopedia of Communications.
World Communications:
Communications in the Twenty-First Century
Mass Media Policies in Changing Cultures.
Communications Technology and Social Policy.
Analisis Kultivasi
dll
Dewasa ini Gerbner juga tampak aktif dalam gerakan media literacy yang bertujuan untuk melakukan penyadaran dan pemberdayaan khalayak media agar tidak dirugikan dengan kehadiran media industri.
Yang paling terkenal dari karya Gerbner adalah analisisnya tentang Kultivasi. Analisis ini menganggap bahwa Televisi membuat suatu pandangan dunia, walaupun tidak akurat tetapi kebanyakan orang mempercayainya. Gerbner meneliti televise karena dia menggap televisi berbeda dengan media yang lain karena memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri.
C. Teori Kultivasi oleh George Gerbner
1. Pandangan Analisis Kultivasi
Menurut teori kultivasi, media, khususnya televisi, merupakan sarana utama proses belajar anda tentang masyarakat dan kultur anda. Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan. Sebagai contoh, seorang pecandu berat televisi menganggap bahwa kemungkinan seseorang menjadi korban kejahatan adalah 10 banding 1, Padahal dalam kenyataannya nilainya tidak setinggi itu. Namun, tidak semua pecandu berat televisi terkultivasi secara sama.
2. Kultivasi dan Pemirsa Berat Televisi
Rata-rata pemirsa menonton televisi empat jam sehari, pemirsa “berat” menonton lebih lama lagi. Gerbner menyatakan, terhadap pemirsa “berat”, televisi memonopoli dan memasukkan sumber-sumber informasi, gagasan, dan kesadaran lain. Dampak semua keterbukaan ke pesan-pesan yang sama menghasilkan apa yang oleh para peneliti disebut kultivasi, atau pengajaran pandangan bersama tentang dunia sekitar, peran-peran bersama, dan nilai-nilai bersama. Jika teori kultivasi benar, maka televisi mungkin mempunyai dampak yang penting tetapi tidak tampak di masyarakat. Misalnya, teori kultivasi menyatakan bahwa karena terlalu sering menonton membuat orang merasa dunia ini adalah tempat yang tidak aman.
Berdasarkan riset awal yang mendukung teori kultivasi, menanggapi pertanyaan seperti “dapatkah orang dipercaya?”, pemirsa “berat” televisi mempunyai kemungkinan lebih besar daripada pemirsa “ringan” untuk memilih jawaban “seharusnya tidak”. Respons terhadap pertanyaan seperti itu mengisyaratkan pemirsa ”berat” televisi mendapatkan perasaan risiko dan ketidakamanan yang meningkat dari televisi. Televisi mungkin menyebabkan pemirsa ”berat” mempunyai persepsi “dunia yang kejam”.
3. Media (televisi) sebagai Penyebar Kultivasi
Kekejaman di media sangat sulit untuk di definisikan dan diukur. George Gerbner yang mengikuti `violence` atau kekejaman yang disiarkan dalam program televisi, mendefinisikan tindakan kejam atau `violence act` (atau ancaman) dari melukai atau membunuh seseorang, tergantung dari metode yang digunakan secara sendiri-sendiri atau dari konteks keadaan sekitar tayangan tersebut.
Bertalian ragam penyajiannya, media massa khususnya audio visual, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pengelolanya agar mencapai sasarannya, antara lain dengan menjawab pertanyaan: Who (siapa); Says what (mengatakan apa); In which channel (dengan melalui saluran apa); To whom (ditujukan kepada siapa); With what effect (menimbulkan efek apa). Tetapi kenyataannya tayangan tentang kekerasan dan kesadisan baik dalam rumah tangga maupun dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu primadona tayangan yang sering disiarkan di media televisi tanpa mempertimbangkan kepada siapa ditujukan dan bagaimana efek yang akan ditimbulkan. Contohnya adalah efek jangka panjang yang ditimbulkan televisi seperti yang dijelaskan dalam Cultivation Analisist.
4. Analisis terhadap Televisi
Tujuan awal dari analisis oleh George Gerbner ini adalah menghasilkan suatu indeks tahunan pada minggu-minggu tertentu pada tayangan televisi yang menampilkan adegan kekerasan. Kultivasi sendiri adalah hasil dari menonton tv secara umum, hal itu bukan merupakan gejala yang universal kecuali pengaruh mainstreamingnya.
4.1 Hasil penelitian terhadap proyek indikator kultural menurut Gerbner :
1.Televisi secara mendasar berbeda dengan media massa yang lain.
2.Medianya adalah ”central cultural arm” pada masyarakat Amerika.
3.Fungsi kultural televisi adalah menstabilkan pola-pola sosial, menanamkan perlawanan pada perubahan dan merupakan media sosialisasi dan enkulturasi
4.Substansi dari penanaman nilai kesadaran oleh televisi adalah tidak banyak pendapat seperti dasar asumsi tentang fakta-fakta kehidupan.
5.Penampakan nilai-nilai kebudayaan seperti kerukunan relatif kecil.
4.2 Hasil penelitian Gerbner tentang televisi:
1.Pengaburan perbedaan tradisional dari pandangan penonton tentang dunia mereka
2.Pencampuran realita kedalam aliran kebudayaan televisi.
3.Pembelokan aliran ketertarikan secara institusional pada televisi
4.3 Kelebihan Analisis kultivasi:
1.Mengkombinasikan teori tingkat makro dan mikro
2.Menyediakan penjelasan lengkap tentang peran unik televisi
3.Menggunakan studi empiris untuk mempelajari kemanusiaan
4.Efek penegasan ulang sebagai sesuatu yang melebihi perubahan tingkah laku yang diamati
5.Menggunakan keragaman efek isu
6.Menyediakan dasar untuk perubahan sosial
4.4 Kekurangan analisi kultivasi :
1.Sulit diaplikasikan pada media yang tidak menggunakan televisi
2.Memfokuskan pada penonton berat televisi
3.Mengasumsikan bahwa televisi itu sejenis
4.Banyak menimbulkan masalah
4.5 Empat produk analisis kultivasi :
1.Meneliti penonton
2.Membandingkan realitas sosial penonton berat dengan ringan
3.Merumuskan pertanyaan tentang realitas sosial penonton
4.Menyebut analisis sistem perpesanan pada televisi
5. Perbedaan Cultivation Analisist dengan Bullet Theory atau Hypodermic theory
Pada dasarnya Cultivation Analisist yang dikembangkan Gerbner dikenalkannya pada kelompok repowerfull media, teori ini ada kemiripan dengan pandangan awal Bullet Theory atau Hypodermic needle theory ( teori jarum hipodermik)
Perbedaan mendasar antara Cultivation Analisist yang dikembangkan Gerbner dengan Bullet Theory atau Hypodermic needle theory adalah:
Jika Cultivation Analisist mampu membangun suatu pandangan dan maensteaming dalam jangka panjang, artinya efek dari penayangan gambaran realita yang terus dan sering ditayangkan di media televisi dapat menimbulkan Efek dalam jangka waktu yang relatif lebih panjang. Misalnya saat media sering menampilkan berita kejahatan seksual di televisi maka dalam jangka waktu yng relatif lama orang akan berasumsi bahwa dunia sekarang ini tidak aman, padahal kenyataannya tidak seperti itu.
Jika Bullet Theory atau Hypodermic needle theory lebih pada pengamatan pengaruh media dalam jangka pendek. Berdasarkan pengamatan spekulatif dan belum berdasarkan penelitian empiris seperti penelitian yang dilakukan oleh Lazarsfeld dkk, mengenai kecenderungan dalam masyarakat ketika terjadi propaganda menunjukkan adanya pengaruh yang kuat dari media. Menurut Lazarsfeld jika khalayak diterpa peluru komunikasi mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang-kadang peluru itu tidak menembus, dan sering juga efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak.
6. Paradigma Penelitian yang dilakukakan George Gerbner
Jika dilihat dari apa dan bagaimana penelitian yang dikembangkan Gerbner maka penelitian yang dikembangkan Gerbner masuk dalam paradigma postmodernisme. Dalam paradigma ini, ilmu yang didapat, berasal dari masyarakat yang diteliti dan peneliti tidak boleh mengubah apapun dari manusia yang diteliti. Hal itu dikarenakan manusia yang diteliti tidak ditempatkan sebagai obyek penelitian tetapi ditempatkan sebagai subyek penelitian yang unik. Dan karena manusia tidak ditempatkan sebagai obyek maka peneliti hanya menggunakan cara berfikir manusia yang diteliti. Pada paradigma penelitian postmodernisme kebanyakan tidak memperhatikan teori-teori yang besar yang ada. Salah satu contoh dari paradigma postmodernisme dapat dilihat dalam kajian cultural studies.
Karakteristik pendekatan postmodernisme :
1.Menolak semua ideologi dan sistem kepercayaan yang terorganisir termasuk semua teori sosial
2.Sangat mempercayai intuisi, imajinasi, emosi.
3.Kepercayaan bahwa hubungan kausalitas tidak dapat dipelajari karena kehidupan sangat kompleks dan mudah berubah.
4.Pernyataan bahwa penelitian sosial tidak dapat mengungkapkan apa yang terjadi dalam dunia sosial dengan benar-benar tepat.
5.Mendukung relativisme dimana interpretasi tidak terbatas, sehingga tidak satupun menjadi superior dari yang lain.
6.Dorongan dari perbedaan, chaos dan kompleksitas berubah secara tetap.
7.Penolakan mempelajari masa lalu dengan tempat lain yang berbeda karena yang relevan hanya sekarang dan di tempat yang dimahsud.
8.Perasaan ketiadaan dan pesimisme percaya bahwa dunia ini tidak pernah berkembang.
Tetapi ada pertanyaan besar yang harus dijawab, yaitu Apakah Cultivation Analisist oleh Gerbner ini masuk dalam paradigma postmodernisne dikarenakan dia mengkaji televisi?.
Memang postmodernisme yang menjelaskan fenomena kontemporer, masyarakat informasi ( yang ditandai dengan masyarakat yang tidak memproduksi barang-barang secara massal seperti pada masyarakat pada era modern, ditandai dengan dominannya budaya Visual yang dalam cultivation analisis ditandai dengan dominannya Televisi. Televisi sendiri dewasa ini dapat membangun budaya konsumtif dan dominannya karakteristik hiburan yang dihasilkan media itu. Kajian dalam postmodernisme lebih banyak menelaah budaya dari masyarakat kapitalis sedangkan Gerbner masih dalam kajian media effect, yang tidak secara khusus mempersoalkan apa yang menjadi tema kajian kalangan postmodernisme.
1 komentar:
permisi, boleh mengambil isi disini . saya juga mahasiswa peminatan komunikasi bisnis semester 3 ,bolehkah.saya ambil ya ?kalau ada papa-apa hubungi via e-mail.terima kasih . wassalam
Posting Komentar