10 Januari 2009

Opini Publik dan Media, Menurut Pemikiran Walter Lippmann

Informasi yang dihasilkan dari aktivitas jurnalistik menghasilkan apa yang diistilahkan oleh Walter Lippmann sebagai the picture in our heads, sehingga pada akhirnya dapat membentuk streotype. Hal itu bisa terjadi karena benar bisa saja relatif. Melihat kejadian itu dampaknya adalah pada masyarakat. Masyarakat merasa tidak puas karena informasi atau berita yang ada tidak disajikan secara utuh dan lengkap sesuai dengan fakta sosial yamg ada.

Di satu sisi seorang Jurnalis harus dikejar deadline dalam memberitakan suatu fakta sosial walaupun dengan keterbatasan ruang, sedangkan disisi lain publik ingin mendapat informasi yang bermutu dan utuh. Dari sinilah dituntut profesionalisme dari pelaku jurnalistik. Sehingga pada akhirnya apa yang disampaikan oleh media massa, layak untuk jadikan patokan dalam pembentukan opini publik. Hal ini bisa membuat publik lebih obyektif dalam memberikan opini terhadap fakta sosial, karena informasi yang diterimanya lengkap dan obyektif .

Menurut Walter Lippmann ada kelemahan sumber informasi yang dihasilkan atau disampokan melalui kegiatan jurnalistik. Karakteristik kerja jurnalistik memiliki kelemahan dalam menghasilkan informasi. Melihat fenomena diatas maka opini masyarakat seharusnya tidak hanya terbentuk melalui apa yang disampaikan melalui produk jurnalistik. Media massa saat ini cenderung dianggap benar 100% apalagi kalau memberitakan informasi atau berita yang bersifat baru. Opini publikpun ternbentuk sejalan dengan apa yang disampaikan oleh media. Hal itui bisa berakibat publik mudah terpropagandai oleh media.

Walter Lippman diawal abad 20 dalam bukunya The Public Opinion disebutkan ilmu pengetahuan penting bagi pembentukan opini publik berdasarkan hasil kerja Lembaga Intelejen Rasional Independen. Dalam hal ini adalah lembaga-lembaga penelitian. Dalam kajian komunikasi misalkan adalah Chicago School, Administrative Research, Palo Alto, Cultural Studies dari Birminghamm, Teknologi erministik dari Toronto. Bahwa pengetahuan yang dihasilkan kemudian menjadi landasan dalam memandang realitas. Bahkan dewasa ini dapat kita lihat juga dengan munculnya lembaga kajian strategis, yang ikut membangun opini publik. Tak terkecuali di Indonesia, sedang bermunculan juga seperti CSIS, CIDES, The Indonesian Institute, Freedom Institute, Akbar Tanjung Institute, Soegeng Sarjadi Syndicate, dan sebagainya.

Lippmann juga menyatakan bahwa kerja jurnalistik yang karakteristik kerjanya yang tergesa-gesa, tidak mampu menghasilkan informasi yang secara akurat merepresentasikan realitas. Kerja jurnalistik cenderung untuk membangun pseudo environment, berupa the picture in our head. Membangun lingkungan semu, yang justru membuat orang tidak sepenuhnya menyadari realitas. Inilah hubungannya bahwa informasi dari media massa merupakan suatu pengetahuan. Walter Lippmann dalam memandang kelemahan yang dimiliki pers ini, menganggap bahwa media cetak, dinilai mengandung bias. Karakteristik kerja yang terburu-buru dipandang memiliki keterbatasan dalam menyajikan pengetahuan bagi masyarakat. Sehingga pengetahuan yang dihasilkan media massa memiliki keterbatasan untuk dijadikan sandaran dalam menentukan pandangan atau sikap.

Lippmann merekomendasikan agar opini publik merujuk kepada lembaga rasional intelejen independen seperti yang tersebut diatas. Lembaga itu biasanya terdiri dari kumpulan orang-orang yang bekerja dengan metode ilmiah, sehingga pengetahuan yang dihasilkan juga lebih kuat. Lembaga-lembaga itu akan mempengaruhi opini publik baik melalui tulisan dimedia massa, jadi pembicara talkshow, buku, penerbitkan jurnal, dsb. Tidak dapat dipungkiri meskipun lembaga-lembaga itu tergolong baru, tetapi lembaga itu memiliki kekuatan dalam mengintegrasikan opini publik.

Read More......

Beragam Definisi Tentang Komunikasi Massa

1. Definisi Pers/ Komunikasi MassaMenurut uu no.40/1999

Pers merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan meyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.


2. Definisi Pers/ Komunikasi Massa Menurut Ahli Komunikasi :

Komunikasi massa adalah suatu proses dimana komunikator menggunakan media untuk menyebarluskan pesan-pesan secara luas dan terus-menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan beragam dengan melalui berbagai macam cara (DeFleur & McQuails,1989). Definisi yang disampaikan DeFleur & McQuails lebih menekankan pada kegiatan media yang dapat mempengaruhi khalayak, sedangkan menurut uu no.40/1999 lebih menekankan pada kegiatan media secara umum dan cirri-cirinya.

Komunikasi massa adalah suatu proses dengan mana organisasi-organisasi media memproduksi dan mentransmisikan pesan-pesan kepada publik yang besar, dan proses di mana pesan-pesan itu dicari, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh audience(Littlejohn,1999 hal 327). Littlejohn menekankan definisikan komunikasi massa sebagai proses produksi dan transmisi pesan dalam komunikasi massa yang sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan audience.

Komunikasi massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar (Joseph R. Dominick). Definisi ini lebih melihat pada proses penyampaian pesan oleh media kepada komunikan yang mempunyai ciri-ciri khusus, sedangkan definisi menurut uu no.40/1999 lebih bersifat umum.

Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Jalaluddin Rakhmat). Menekankan definisi komunikasi massa dengan cirri-ciri komunikan yang unik dan tersampainya pesan yang serentak oleh komunikan.

Joseph A. DeVito merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, serta tentang media yang digunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item. Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak yang meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan.  Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan/atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio siaran, surat kabar, majalah dan film (Joseph A. DeVito).

Read More......

MASS MEDIA, CIVIL SOCIETY AND THE PUBLIC SPHERE”

Tugasku Tentang Public Sphere

Dosen : PAK ANTHONY

Habermas’s (1926/1989) dalam bukunya yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris yang berjudul “The Structural Transformation of the Public Sphere” memberikan gambaran tentang konsep public sphere dalam perbincangan melalui peran media dalam kehidupan berpolitik. Public sphere merujuk pada definisi ruang secara lebih luas(nasional) yang menyediakan otonomi dan membuka arena untuk debat public.


Habermas mengungkapkan pandangan pesimistik tentang konsekuensi dari demokrasi di jaman modern, public cenderung dimanipulasi oleh media untuk membantu pembentukan opini. Curran(1996) menurutnya model public sphere harus berada pada zona yang netral dimana ruang itu digunakan untuk mengakses informasi yang relevan, dalam public sphere, perbincangan yang terjadi juga harus bebas dari dominasi dan semua partisipan dalam debat public harus berada pada basis yang sama. Media sendiri memfasilitasi proses dengan menyediakan arena debat public dan juga merekonstruksi individu sebagai bagian dari public dalam pembentukan public opinion.


Schulz(1997) mendeskripsikan model “media-constructed public sphere”, berdasar teori dan penelitian dalam komunikasi politik terlihat banyak sekali terdapat kontribusi yang negative terhadap masyarakat daripada kontribusi yang positif. Melihat model itu , media massa memiliki peranan yang sentral dalam system politik. James carey(1999) mengkritik media saat ini yang tidak lagi terbuka dalam demokrasi. 


John Dewey, Blumer. Mengaitkan konsep publik dengan unsur masyarakat. Bahwa public adalah kumpulan individu yang disatukan oleh kesamaan isu, kepentingan, dan sebagainya. Ada beberapa pandangan lain tentang public. Misalkan pandangan bahwa Mereka tidak disatukan oleh kesamaan lokasi. pandangan lain bahwa dari tradisi Yunani dan juga awal Eropa publick identik dengan berada disatu lokasi. Jadi, public tidak terikat tempat. Misalkan public Lapindo, musik dewa, dan sebagainya. Bahwa public itu bermacam-macam. Setiap individu akan menjadi public untuk isu atau kepentingan yang bermacam-macam. 


Rekomendasi Lippmann adalah opini publik agar merujuk kepada lembaga rasional intelejen independen. Lembaga ini terdiri dari kumpulan orang-orang yang bekerja dengan metode ilmiah, sehingga pengetahuan yang dihasilkan juga lebih kuat. Untuk kontek sekarang, ini yang dapat kita kenali dari fenomena kemunculan think tank. Lembaga yang di Indonesia juga mulai kelihatan belakangan ini seperti The Wahid Institute, Akbar Tanjung Institute, Soegeng Sarjadi Syndicate, dan sebagainya. Lembaga-lembaga kajian strategis yang akan mempengaruhi opini publik baik melalui tulisan dimedia massa, jadi pembicara talkshow, menulis buku, menerbitkan jurnal, dan sebagainya. Sekalipun kita tentu saja baru mengenal lembaga semacam ini baru pasca orde baru ; sekalipun sebelumnya telah ada CSIS dan Cides. Namun baru pasca orde baru bermunculan banyak lembaga yang juga produktif dalam ikut mempengaruhi opini publik. 


Jadi menurut pemikiran Lippman, rujukan opini publik mestinya pengetahuan yang dihasilkan berdasarkan kerja para ahli ; sehingga hal ini mengingatkan pada pandangan yang platonis dimana kebijakan dihasilkan oleh sekelompok kecil elit daripada orang banyak. Hal itu disebabkan Pengetahuan yang dihasilkan dari aktivitas jurnalisme menghasilkan the picture in our heads, membentuk streotype. Dengan demikian tidak mampu membawa masyarakat memahami secara utuh fakta sosial. Jurnalisme dengan sifat kerja yang terburu-buru, dengan keterbatasan ruang, dan sebagainya tidak mampu menghasilkan informasi yang layak untuk dijadikan sandaran dalam proses pembentukan opini publik 


Dalam opini publik terdapat konsep public sphere. Bahwa proses pembentukan opini publik tidak dapat melupakan arti penting yang dimainkan oleh ruang-ruang publik dimana terjadi interkasi face to face dalam rangka mendiskusikan isu-isu publik. Sebagaimana keberadaan salon, cafeshop dan sebagaimanaya pada abad 18 di Eropa. Fenomena ini masih dapat diadaptasi untuk kontek pada masyarakat Indonesia. Di indonesia sekarang misalkan dapat dilihat melalui fenomena toko buku, Pengajian, arisan, dan sebagainya.


Keberadaan LSM juga merupakan salah satu unsur yang terlibat dalam pewacanaan opini publik. Lsm dapat dikelompokan sebagai attentive public, dibanding orang awam yang sering dikategorikan sebagai general publik. Bandingkan dengan elite publik,yaitu pengambil kebijakan.
Memakai konsep public sphere yang memandang arti penting media sebagai stimulus bagi perbincangan public. Jadi, opini publik akan terbentuk melalui speech, perbincangan.

Dewasa ini, dapat pula kita masukan yang relevan dengan pembahasan tentang opini publik adalah konsep public sphere dari Habermas dan Manufacturing Consent dari Chomsky-Herman. ini pembahasan tersendiri berkaitan dengan propaganda di era media industri dewasa ini Karena bertalian dengan proses terbentuknya sikap yang berlangsung pada masyarakat. Misalkan public sphere dapat dijadikan dasar untuk menjelaskan tentang bagaimana sesungguhnya proses terbentunya opini publik dimana peran dari speech menjadi penting. Bahwa keberadaan dari media massa hanyalah sebagai stimulus bagi berlangsungnya speech ditengah-tengah publik. Dengan kata lain, pandangan ini justru menguatkan arti penting dari interpersonal communication dan small group communication. 


Sedangkan Manufacturing Consent, tampaknya, berkaitan dengan peran yang dilakukan media massa industri yang berkaitan dengan upaya melakukan propaganda. Jadi dalam kontek ini pandangan mengenai opini publik dilihat sebagai proses berlangsungnya pembentukan fase kesadaran (consciousness) yang dilakukan oleh media industri. Inilah pendekatan kritis terhadap fenomena media industri, yang dewasa ini merupakan fenomena yang semakin marak dan tentu saja ditengah kematian dari media-media yang berorientasi pada publik atau komunitas. Fenomena Daniel Bell, The Passing of Traditional Society, merupakan aspek yang penting betapa kemudian karya ilmiah dapat menjadi dasar suatu kebijakan modernisasi kemudian dihasilkan dan diberlakukan bagi negara-negara dunia ketiga.

Read More......

KARAKTERISTIK KOMUNIKASI MASSA

1. Komunikator Terlembaga
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Menurut Wright komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan. Apabila pesan itu disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah sebagai berikut : komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang bersangkutan. Selanjutnya pesan tersebut diperiksa oleh penanggungjawab rubric.Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa itu. Ketika sudah layak pesan dibuat settingnya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun oleh layout man agar komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk ke mesin cetak. Tahap terakhir setelah dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya. Apabila media komunikasi yang digunakan adalah media televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera, juru lampu, pengarah acara, bagian make up, floor manager dan lain-lain. Selain itu, peralatan yang digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar.

2. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apa pun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan. Misalnya, berita pemilihan Lurah di Kelurahan Sukapada Kotamadya bandung, dapat dianggap memenuhi criteria penting bagi masyarakat setempat, tetapi tidak penting bagi masyarakat Kotamadya Bandung, apalagi Jawa Barat.

3. Komunikan Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersonal. Komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya seperti nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya.
Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikatornya tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latarbelakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 

4. Pesan Serempak
Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainya adalah, jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relativ banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
Keserampakan media massa itu ialah keserampakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah, contohnya acara televisi yang ditayangkan oleh station tv setiap harinya, ditonton oleh jutaan pemirsa. Mereka secara serempak pada waktu yang sama menonton acara-acara di televisi.

5. Mengutamakan Isi daripada Hubungan
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpersonal, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada komunikasi massa, yang penting adalah isi.
Pada komunikasi antarpersonal, pesan yang disampaikan atau topik yang dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu. Dalam komunukasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.

6. Bersifat Satu Arah
Secara singkat komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpesonal. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah.
Apabila kita sedang menonton berita di televisi kemudian ada beberapa bagian yang tidak dapat kita pahami, kita tidak dapat meminta penyiar untuk mengulang membacakan bagian yang tidak kita pahami itu, pesan harus diterima dengan apa adanya. 

7. Stimulasi Alat Indera yang Terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada siaran radio dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran. Sedangkan komunikasi antarpersonal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indera pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar & merasa langsung 

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed)
Umpan balik atau feedback merupakan factor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.
            Umpan balik sebagai respon mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersonal, contohnya kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara dan gerakan lainnya yang dapat diartikan. Umpan balik ini bersifat langsung (direct feedback) atau umpan balik yang bersifat segera (immediate feedback).(Drs. Elvinaro & Lukiati, 2004, hal 7-12)

KARAKTERISTIK MEDIA MASSA

1. Majalah
Karakteristik :
1. Penyajiannya lebih mendalam karena periodesitasnya lama sehingga pencarian informasi lebih leluasa dan tuntas
2. Nilai aktualitas lebih lama karena dalam membaca majalah tidak pernah tuntas sekaligus
3. Gambar/foto lebih banyak, desain bagus, kualitas kertas bagus
4. Bersifat segmented berdasarkan segmen pasar tertentu

2. Radio
Karakteristik :
1. Auditori - media audio/media dengar
2. Imajinatif - merangsang imajinasi pendengaranya
3. Akrab- penyiar seolah-olah berada di dekat kita/berbicara dengan kita dan kita bias sambil melakukan kegiatan lain ex. Sambil masak, menyetrika
4. Gaya percakapan karena akrab dan intim maka gaya percakapan gaul, lugas
5. Aktualitasnya tinggi - ketika peristiwa terjadi dapat langsung disiarkan dan bersifat interaktif
6. Sifatnya santai - karena pengaruh gaya bahasa
7. Praktis - dari segi fisik kecil, bisa didengar lewat Hp
8. Fleksibel – Radio di Jogja sehari penuh menyiarkan berita gempa
9. Tidak terdokumentasi karena tidak ada gambar
10. Sulit untuk menyampaikan hal-hal yang sifatnya komplek karena dibatasi durasi waktu sehingga yang disampaikan adalah hal-hal yang ringan
11. Audiens heterogen: audiens personal./pribadi, audiens selektif

3. Televisi
1. Audiovisual (audio-visual= dengar-lihat) - gambarnya bergerak
2. Berfikir dalam gambar - komunikator harus mampu menyampaikan ide/gagasan melalui visualisasi (kata-kata)
3. Mengatasi audiens yang buta huruf & tuna rungu
4. Pengoperasian lebih kompleks
5. Dibatasi oleh waktu
6. Metode penyajian variatif

4. Film (layar lebar)
Karakteristik :
1. Layar luas ,jelas, nyaman, 3 dimensi
2. Pengambilan gambar (shot) bisa dari jauh (menyeluruh) dengan tujuan memberi kesan artistic dan menggambarkan suasana yang susungguhnya.
3. Audiens konsentrasi penuh
4. Identifikasi psikologis - seolah-olah menyamakan pribasi dengan salah satu pemeran film itu
5. Karena pengambilan gambar yang artistik maka nilai seninya tinggi

5. Surat Kabar 
Karakteristik surat kabar sebagai media massa mencakup: publisitas, periodisitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan. Untuk menyerap isi surat kabar, dituntut kemampuan intelektualitas tertentu. Khalayak yang buta huruf tidak dapat menerima pesan surat kabar begitu juga yang berpendidikan rendah. 

6.Internet
Menurut Laquey, internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya adalah sarana bagi para peneliti untuk  mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif. Saat ini internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan. 
Menurut LaQuey yang membedakan internet (dan Jaringan global lainnya) dari teknologi komunikasi tradisional adalah tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesannya. Tak ada media yang memberi setiap penggunanya kemampuan untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan orang. 
Internet unggul dalam menghimpun berbagai orang, karena geografis tak lagi menjadi pembatas, berbagai orang dari negara dan latar belakang yang berbeda dapat saling bergabung berdasarkan kesamaan minat dan proyeknya. Internet menyebabkan begitu banyak perkumpulan antara berbagai orang dan kelompok. 

KARAKTERISTIK BAHASA MEDIA MASSA SECARA UMUM

1.Singkat, artinya bahasanya harus menghindari penjelasan yang panjang dan bertele-tele. Sehingga dapat berakibat kaburnya fokus pemberitaan pesan.
2.Padat, artinya dengan bahasa yang singkat itu sudah mampu menyampaikan informasi yang lengkap. Semua yang diperlukan pembaca sudah tertampung didalamnya. Menerapkan prinsip 5 w 1 h, membuang kata-kata mubazir dan menerapkan ekonomi kata.
3.Lugas, artinya bahasa media mampu menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung dengan menghindari bahasa yang berbunga-bunga. 
4.Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang. Menghindari kata-kata yang sudah mati atau jarang dan tidak lazim dipakai.
5.Jelas, artinya informasi yang disampaikan media dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum. Struktur kalimatnya tidak menimbulkan penyimpangan/ pengertian makna yang berbeda, menghindari ungkapan bersayap atau bermakna ganda (ambigu). 
6.Sederhana; menggunakan bahasa awam dan menghindari penggunaan kata dan istilah asing yang terlalu teknis dan ilmiah. Jika harus digunakan, maka harus dijelaskan pengertiannya.
7.Dinamis dan tidak monoton terutama dalam menyebutkan nama tokoh atau tempat secara berulang.
8.Membatasi diri dalam singkatan atau akronim, kalau perlu dipakai maka pada awal atau akirnya, harus dijelaskan kepanjangannya.
9.Menulis dengan teratur serta lengkap.
10.Satu gagasan satu kalimat dan semaksimal mungkin menghindari penulisan anak kalimat yang mengandung banyak kata atau kalimat.
11.Mendisiplinkan pikiran. Jangan mencampurkan bentuk kalimat pasif dengan kalimat aktif. Sebaiknya menggunakan kalimat aktif untuk memunculkan kesan hidup dan kuat.(www.jamparing.org)

Read More......

Komunikasi Internasional, Media Massa dan Agenda Setting.

Topik Media Massa dan Agenda Setting menyiratkan betapa berpengaruhnya media terhadap dinamika masyarakat dunia. Media massa seakan berebut untuk menyajikan hal-hal yang mereka anggap paling penting kepada para pembaca dan pemirsanya di seluruh dunia. Mereka berusaha untuk membantu membuat agenda. Dalam kajian komunikasi internasional Agenda setting lebih menitikberatkan pada isu-isu yang menonjol/penting dunia, dan juga menitikberatkan pada atribut isu-isu penting. 


Istilah Agenda Setting pertama kali digunakan dalam studi Maxwell E. McCombs dan Donald L. Shaw yang diterbitkan pada tahun 1972 untuk keperluan penelitian di Chapel Hill, North Carolina, USA tentang pemilihan umum. Agenda Setting memang bukan satu-satunya peran media massa. Masih ada beberapa peran lainnya, seperti memberi informasi, berhubungan dengan orang dan kelompok lain serta hiburan. Dalam menjalankan perannya khususnya dalam kajian komunikasi Internasional , media massa menempuh berbagai cara. Ada media cetak yang menuliskan judul headlines nya dengan kalimat yang sangat provokatif sekedar untuk membujuk masyarakat untuk membelinya, sementara isi beritanya kurang dapat dipercaya. Tetapi ada pula jenis media cetak yang membangun citranya sebagai media yang dapat dipercaya dan akurat.

Media televisi adalah media yang paling banyak mendapat sorotan mengingat sifatnya yang audiovisual dan dampaknya yang dianggap lebih langsung terhadap masyarakat luas. Beberapa ahli sosiologi mengkategorikan media televisi sebagai media yang paling banyak mempengaruhi tabiat masyarakat. Televisi dapat menjadi medium yang ”menyatukan masyarakat dunia”, bila digunakan untuk tujuan itu. Dalam pandangan seperti itu, masyarakat dunia dapat saling bertukar informasi hal itu karena perbedaan kultur di antara masyarakat di dunia. Dengan demikian terjadi komunikasi internasional yang dinamis. Tetapi sebaliknya, televisi juga dapat dianggap sebagai medium ”pemecah dunia”.

Sorotan paling dominan adalah makin banyaknya siaran yang mengandung kekerasan dan kurang edukatif yang di tampilkan di media internasioanal.. Berbagai macam kegelisahan masyarakat sebagai dampak pemberitaan dan acara media massa versus pentingnya kebebasan pers dalam berdemokrasi, utamanya bagaimana menentukan berita apa yang penting untuk masyarakat serta bagaimana menyajikannya menjadi agenda penting dalam masyarakat saat ini. (Distra, 2006)


Read More......